BRICS, babak baru diplomasi ekonomi Indonesia

BRICS, babak baru diplomasi ekonomi Indonesia

BRICS, babak baru diplomasi ekonomi Indonesia

Liga335 daftar, situs judi bola, situs sbobet – BRICS, babak baru diplomasi ekonomi Indonesia
Berita terkait: Pemerintah pertimbangkan impor minyak Rusia setelah jadi anggota BRICS
Jakarta (ANTARA) – Dengan resminya keanggotaan Indonesia di BRICS, Indonesia telah memulai babak baru diplomasi ekonomi di panggung global. BRICS, sebuah organisasi antarpemerintah, didirikan untuk mempromosikan tatanan dunia yang lebih seimbang dengan memperkuat suara negara-negara berkembang dalam pengambilan keputusan global.Dengan bergabung dengan BRICS, yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA), Indonesia bertujuan untuk menantang dominasi negara-negara maju di lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia, misalnya, Bank Pembangunan Baru (New Development Bank/NDB), yang didirikan oleh negara-negara BRICS, berfokus pada pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan di negara-negara anggota.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan memiliki sekitar 27 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia, menjadikannya pemain penting dalam perekonomian dunia.Partisipasi Indonesia dalam BRICS tidaklah mengejutkan, karena pembahasannya telah dimulai sejak tahun 2023 pada KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan.Posisi strategis Indonesia sebagai negara berkembang terbesar di Asia Tenggara meningkatkan relevansi kelompok ini, yang menunjukkan adanya pergeseran dominasi ekonomi global.

Namun, penting untuk mempertimbangkan potensi manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dari keanggotaan BRICS dan risiko yang mungkin timbul di tengah situasi global yang semakin dinamis.BRICS dibentuk untuk menjawab kebutuhan akan hirarki global yang lebih seimbang mengingat pengaruh lembaga-lembaga Barat yang ada, seperti IMF dan Bank Dunia. Selain itu, kehadiran Indonesia juga memperkuat representasi negara-negara berkembang dalam BRICS.

Namun, sejauh mana manfaat yang akan diperoleh Indonesia dari keanggotaan BRICS bergantung pada tindakan strategis yang diambil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, mencatat bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS menandai sebuah momen bersejarah yang meningkatkan status Indonesia sebagai pemain ekonomi global.Dia percaya bahwa keanggotaan ini akan menciptakan peluang besar untuk meningkatkan perdagangan, kolaborasi ekonomi, dan kerja sama investasi antara Indonesia dan negara-negara BRICS lainnya, sehingga dapat mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Salah satu manfaat utama adalah akses ke NDB, yang menyediakan opsi pembiayaan yang lebih fleksibel dan mudah beradaptasi untuk proyek-proyek infrastruktur dibandingkan dengan pinjaman konvensional dari sumber-sumber Barat.

Selain bantuan keuangan, keanggotaan BRICS dapat memfasilitasi peluang perdagangan dan investasi yang lebih besar. Negara-negara anggota BRICS secara kolektif mewakili pasar yang besar, sehingga Indonesia dapat mengekspor komoditas-komoditas utama, seperti kelapa sawit, karet, dan barang-barang manufaktur. Selain itu, peluang yang sangat besar untuk transfer teknologi dan peningkatan kerja sama dalam energi terbarukan dapat mempercepat kemajuan Indonesia menuju ekonomi hijau.

Meskipun kelompok ini terlihat bersatu, namun sebenarnya kelompok ini cukup beragam, dengan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan yang memiliki kepentingan ekonomi dan geopolitik yang berbeda-beda. Prioritas yang berbeda ini berpotensi menciptakan konflik yang mempersulit pengambilan keputusan di dalam kelompok tersebut. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Amelia Anggraini, menekankan bahwa sebagai anggota tetap BRICS, Indonesia harus memberikan manfaat nyata bagi warganya.

Meskipun manfaat keanggotaan mungkin tidak langsung terlihat sekarang, namun untuk mengatasi isu-isu seperti kesenjangan ekonomi dan kesenjangan digital membutuhkan lebih dari sekadar bergabung dengan aliansi global, pemerintah harus mengembangkan strategi untuk memastikan bahwa manfaat keanggotaan BRICS dapat menjangkau masyarakat di tingkat bawah. Jika tidak, keanggotaan BRICS hanya akan menjadi gerakan simbolis tanpa dampak yang nyata.Indonesia harus memperkuat perannya sebagai komunikator di dalam BRICS, dengan mengambil sikap netral dan kebijakan luar negeri yang “bebas dan aktif” untuk memediasi berbagai kepentingan di antara negara-negara anggota.

Dalam konteks transisi energi, Indonesia dapat mengusulkan pembentukan dana khusus di dalam BRICS untuk mendukung pengembangan teknologi energi terbarukan di negara-negara berkembang. Selain itu, Indonesia dapat mendorong keterlibatan yang lebih besar dari sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengambilan keputusan di BRICS untuk memastikan kebijakan yang lebih relevan dan berdampak. Keanggotaan Indonesia di BRICS menandai langkah penting dalam diplomasi ekonomi global.

Dalam menghadapi lanskap geopolitik dan ekonomi global yang kompleks, Indonesia harus secara bijak menavigasi peluang sekaligus menangani tantangan yang ada. Keanggotaan BRICS harus dilihat sebagai alat untuk meningkatkan posisi Indonesia di kancah global. Dengan pendekatan strategis, BRICS dapat menjadi panggung bagi Indonesia untuk menunjukkan relevansi dan kepemimpinan global yang progresif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *